Eksistensi Surga_

Pendahuluan

Dari berbagai persoalan yang ada dalam eskatologi yang menjadi objek kajiannya diantaranya adalah keabadian dan pembaharuan (Tajaddud) yang terjadi pada penghuni surga dan neraka. Kedua pembahasan itu pertama kali hadir secara intens sesudah wafatnya nabi, dimana bermula dari persoalan politik yang menimbulkan firqah-firqah atau golongan-golongan, dan puncaknya terjadi pada masa khalifah Imam Ali bin Abi Thalib pada tahun 661 M.[1] Bisa dibilang penentangan yang dilakukan oleh pemuka-pemuka yang berambisi menjadi khalifah terhadap Imam Ali bin Abi Thalib merupakan ambisi yang memecah belah khasanah pemikiran Islam.

Dalam memperuncing pembahasan, saya akan lebih terfokus untuk membedah pemikiran dari berbagai sumber mengenai “Surga”. Dimana pembahasan surga itu sendiri bisa dibilang merupakan pembahasan yang pelik dan rumit, terbukti dari berbagai perdebatan yang dilakukan oleh para teolog dan filosof mengenai keberadaan dan penghuni surga itu sendiri.

Berbagai Pandangan Terhadap Surga

Dari berbagai pendapat para pemikir muslim, ada yang berpendapat bahwa sesungguhnya surga itu sama sekali belum ada, melainkan surga itu hanya baru diberitakan saja. Keberadaan surga itu setelah hari kiamat dan hari kebangkitan tiba. Pendapat ini bersumber pada surat Ar-Rahmaan ayat 16-17, sebagai berikut:

“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan”. (QS Ar-Rahman: 26-27)

Dari ayat tersebut, para pemikir muslim menafsirkan bahwa ayat ini menjelaskan tentang undang-undang kiamat, bahwa pada waktu kiamat nanti semua langit dan bumi serta segala apa-apa yang ada didalamnya akan hancur. Kecuali yang tidak hancur adalah Allah Swt. Dengan argumen itu, mereka berpendapat bahwa jika surga itu sudah ada maka surga akan ikut hancur sebelum dihuni oleh manusia yang telah binasa. Dan bila surga diciptakan setelah hari kiamat, sudah pasti tidak akan ada kehancuran lagi. Dan ini sesuai dengan sifat dari surga yaitu selalu kekal dan abadi.

Dilain pihak, para pemikir muslim ada juga yang berpendapat dan mengatakan bahwa surga itu sudah diciptakan oleh Allah Swt, sebagai makhluk yang kekal dan abadi tidak akan binasa. Dan surga disediakan bagi wali-wali Allah yang bertakwa. Karena begitu dahsyatnya kenikmatan surga tidak akan pernah bisa dibayangkan oleh manusia yang terbatas, dan yang menjadi dasar pendapat ini adalah berdasarkan surat Ali-Imran ayat 133, sebagai berikut:

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. (QS Ali-Imran: 133)

Dari ayat tersebut, dapat kita lihat terdapat kata اعدت  (telah disediakan), dimana kata tersebut disebutkan dengan  bentuk fi’il madhi (yang menunjukan waktu lampau), maka dari itu sudah bisa dipastikan bahwa surga itu sudah ada.

Jika kita perhatikan ada sekitar 300 ayat al-Quran yang menceritakan ganjaran surga dan keadaan di dalamnya, kecuali dalam surah Al-Mumtahanan, Al-Munafiqun, dan didalam delapan belas surat-surat pendek. Bagi penghuni surga, perubahan terjadi tidaklah sama sebagai mana yang terjadi pada penghuni neraka. Bahkan ada sebuah seruan yang menjelaskan tentang surga, “Kalian hidup tidak akan mati untuk selama-lamanya. Kalian tinggal di situ, tidak akan berpindah untuk selama-lamnaya. Kalian sehat, tidak akan sakit untuk selama-lamanya”.[2] Seperti yang dikemukakan oleh Mulla Sadra bahwa perubahan tidaklah dalam bentuk kehancuran, pembentukan, dan pergantian karena surga berada pada kondisi yang jauh melampaui kehidupan alami dan hukum-hukumnya.

Gerakan dan aktivitas para penghuni surga bukanlah gerakan fisik yang menyebabkan kelelahan dan keletihan, namun lebih seperti gerakan imajinasi dan lintasan bayangan yang ada pada benak manusia. Hal ini menyebabkan waktu yang terjadi adalah kumpulan dari yang lampau, sekarang dan akan datang, sedangkan tempat yang hadir di hadapan mereka adalah apa pun yang ada dilangit dan bumi.[3] Karena setiap apa yang ada disurga bukan berasal dari dimensi alam materi, melainkan forma yang dapat dipersepsi berasal dari wujud jiwa yang nonmateri sehingga perubahan yang terjadi merupakan perubahan forma surga semata akibat gerakan yang terjadi pada jiwa penghuni surga.

Tempat Orang-Orang Bertakwa

Surga memiliki ikatan yang cukup erat dengan bumi di alam dunia ini, bisa kita perhatikan dari berbagai ayat al-Quran yang memberitakan ihwal keadaan surga dan menceritakan keadaan kaum bertakwa di akhirat yang mengucapkan kalimat pujian kepada Allah Swt, yang telah memenuhi janji-Nya. Ayat tersebut berbunyi, sebagai berikut:

“Dan mereka mengucapkan: “Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada Kami dan telah (memberi) kepada Kami tempat ini sedang Kami (diperkenankan) menempati tempat dalam syurga di mana saja yang Kami kehendaki; Maka syurga Itulah Sebaik-baik Balasan bagi orang-orang yang beramal”. (QS Az-Zumar: 74)

Janji yang dimaksud ayat tersebut adalah janji Allah Awt, berupa balasan surga bagi kaum bertakwa yang telah dinyatakan –Nya kepada para nabi-Nya seperti ditegaskan oleh beberapa ayat, diantaranya adalah sebahai berikut:

“Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur[4] sesudah (kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai (diwarisi) hamba-hambaKu yang saleh”. (QS Al-Anbiya: 105)

“Itulah syurga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa”. (QS Maryam: 63)

“Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?”. untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. dan (mereka dikaruniai/diwarisi) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya”. (QS Ali Imran: 15)

Dan dalam beberapa ayat lainnya dalam al-Quran, yang artinya:

“Dan Itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan”. (QS Az-Zukhruf: 72)

“Musa berkata kepada kaumnya: “Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS Al-Araf: 128)

“Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa (disediakan) syurga-syurga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya”. (QS Al-Qalam: 34)

“(yakni) Yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya. Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah”. (QS Al-Mu’minun: 11-12)

Dari ayat-ayat tersebut terdapat kata kunci yang sama yaitu pewarisan yang berarti memiliki sesuatu setelah sebelumnya dimiliki pihak lain. Namun, perpindahan kepemilikan berlangsung mulai dari orang terdahulu kemudian kepada pihak yang datang belakangan.[5] Jadi, orang-orang bertakwa mewarisi surga yang ditempati secara permanen dan kekal, setelah sebelumnya boleh jadi ditempati bersama atau pihak lain selain mereka. Namun perjelasan bahwa merekalah para pewaris surga, menghilangkan perpindahan kepemilikan kepada pihak lain sehingga merekalah yang berhak mewarisi surga.

[1] Harun Nasution, Teologi Islam (Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, hlm. 4.

[2] Al-Ghazali, Menyingkap Hati Menghampiri Ilahi, hlm. 340.

[3] Khalid Al-Walid, Perjalanan Jiwa Menuju Akhirat (Filsafat Eskatologi Mulla Shadra), hlm. 232.

[4]Yang dimaksud dengan Zabur di sini ialah seluruh kitab yang diturunkan Allah kepada nabi-nabi-Nya. sebahagian ahli tafsir mengartikan dengan kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s. dengan demikian Adz Dzikr artinya adalah kitab Taurat.

[5] Husein Thabathaba’I, Kehidupan Setelah Mati, hlm. 255.

Published by Taufik Rahmatullah (Javanica)

I am a man who came from Indonesia, I work in one of the government intansi that is the social ministry of PKH (Program Keluarga Harapan). Besides, I also often fill my spare time and share my experience in some schools especially in junior high school. And when I have enough free time, I often do entrepreneurial activities with some friends. Of course, I am still very fond of learning anything, because without learning I will feel dead.

Leave a comment

Zainab Zilullah Toresano

Manifestation of God

The world of thought

Itu adalah Dia, tapi itu juga bukan Dia

HARKAMAN

Milik Saya Untuk Semua

catatan nu ali

sederhana, sesederhana hidup yang sederhana.

Zaenal Mustofa

Kutulis apa yang kutau...